Aku bersyukur terlahir berbeda dari orang lain, karena dari
sanalah aku belajar arti sebutir kesamaan dalam perbedaan. Aku tak pernah
menuntut Allah karena diriku yang ditakdirkan begini, karena dari situlah aku
tau Allah memberikanku bekal yang lebih untuk aku dapat beradaptasi.
Aku juga bersyukur
dulu menolak untuk dioperasi, aku lebih mensyukuri kecacatanku. Hidupku yang
berbeda, membuatku merasakan hal yang lebih berwarna. Aku pernah tau rasanya
dipuji, tapi aku lebih paham rasanya dicela. Hidupku pahit, hari-hariku hanya
penuh dengan senyum palsu.
Aku bertekad mengumpulkan puing-puing semangat yang masih
tersisa disudut mata. Puing-puing semangat yang tak jatuh bersama tetesan
hangat disudut mataku itulah yang menjadi tumpuan harapanku. Aku selalu percaya
janji Allah bahwa Dia tidak akan menguji hambaNya diluar batas kemampuannya.
Kemapuanku bertahan dalam kehidupan yang begini juga tak
luput dari dukungan perempuan terhebat di dunia yaitu Ibuku. Rasa malu yang
sudah beliau buang jauh-jauh sejak pertama melihatku begini. Perjuangannya yang
begitu besar melindungiku dari celaan orang. Doa yang begitu istimewa disetiap
sujud panjangnnya. Sungguh perjuangan yang takkan pernah dapat kubayar.
Aku bukanlah sosok yang pemalu. Malah bisa dibilang aku tak
tau malu. Yaa.. tak tau malu. Aku selalu berhasil membangun rasa percaya diriku
ketika aku berada diantara mereka. Aku tak pernah minder. Berkat itulah, tak
sulit bagiku untuk berdaptasi dan diterima diantara mereka. Tak bermaksud
sombong, namun pada kenyataannya, aku bahagia berada diantara mereka, tak
jarang aku menjadi sumber inspirasi bagi mereka, tak jarang pula hadirku
dirindukan mereka ketika ku tak ada.
Satu hal lagi yang tak pernah kusangka, fisikku yang begini
tak menghalangiku dalam urusan asmara. Terima kasih yang tak terkira kepada
Allah yang telah menganugerahkan salah satu makhlukNYA untukku. Mahkluk yang
nyaris sempurna. Begitu tabahnya menerima kekurangannku, begitu sabar menerima
celaan orang karena memilikiku. Begitu tegarnya menjawab keraguan orang tuanya
maupun orang tuaku ketika ditanya kesanggupannya memilikiku. Ahh. Kamu terlalu
baik. Aku tak tau lagi harus darimana menceritakannya. Terima kasih cinta. Kamu
penyempurna hidupku.
nice post :) tetap bersyukur
BalasHapus