Kamis, 18 Desember 2014

tidak aku, kamu. tidak juga keadaan. Ini jalan Tuhan.

ini bukan hanya tentang aku dan kamu, tapi tentang keadaan yang memaksa kita berjalan mengikutinya.
kejenuhan yang datng silih berganti dengan kerinduan.
cinta yang datang dan pergi tanpa rasa sungkan.
aku tak pernah ingin mengakhiri, namun bila semua memang harus berakhir, aku bisa apa?
ini bukan tentang salahku atau salahmu.
bukan juga tentang siapa yang ditinggal dan meninggalkan.
ini hanya tentang kisah yang tak bisa dipaksakan.
ini tentang kasih yang harus mengalah kepada keadaan.
kita saling merindu dalam waktu yang cukup panjang.
namun jika pada akhirnya harus saling melepaskan, tak ada yang patut disalahkan.
tidak aku, kamu. tidak juga keadaan.
kita sempat saling menyayangi bukan berarti harus rela mati.
kita sempat salin memeliki bukan berarti harus mealwan takdir Ilahi.
jika Tuhan menginginkan tangan kita saling melepaskan genggaman, itu hanya karena Tuhan sayang.
Tuhan ingin kita menemukan yang lebih baik dari apa yang kita genggam sekarang.
lepaskan saja genggaman tangan kita dengan senyuman.
Tuhan punya kebahagiaan lain untuk kita rayakan, tapi tidak berdua.
kita disediakan jalan dipersimpangan.
kita harus berpisah dipersimpangan :)

Senin, 08 Desember 2014

Motivasi



Berhubung lagi males banget mau nulis, iseng-iseng buat tulisan dalam gambar, monggo koreksinya :)

Selasa, 26 Agustus 2014

Kasih Terenggut



Zahra bergegas dari tempat tidurnya. Ia menyusuri jalan setapak dari rumah mungil yang ia tempati. Pikirannya kacau balau tak karuan. Memang semenjak kepergian Farhan tak tak tentu hulu hilir alasannya itu, Zahra hanya menghabiskan waktunya dikamar tidur. Membiarkan sungai-sungai kecil terus mengalir deras dari sudut mata sayunya. Sore itu ia nekat menemui Farhan dirumahnya.
            “Assalamualaikum” Zahra mengucap salam didepan pintu rumah Farhan
            “Waalaikumsalam” jawab Farhan kaget. Ia tak menyangka Zahra nekat menemuinya.
Pengakuan Farhan beberapa minggu lalu bahwa dirinya ditunangkan secara paksa oleh orang tuanya menjadi Zahra. Ia sangat tak percaya bahwa hal itu bisa terjadi, sebab selama ini ia yakin betul bahwa Farhan adalah lelaki setia dan akan menjadi imamnya nanti.
            “kan mas sudah bilang, adek jangan kesini, masalahnya akan tambah runyam” ucap Farhan.
            “adek ndak bisa mas, adek Cuma sayang sama mas, adek ndak bisa ditinggal mas, adek kesini untuk meyakinkan hati orang tua mas bahwa adek sayang sama mas, sehingga pertunangan itu dapat dibatalkan” ucap Zahra disertai isak tangis yang tiada henti.
            “Ibu tidak bisa membatalkan pertunangan yang sudah dilangsungkan minggu lalu itu. Ini sudah menjadi keputusan keluarga maupun Farhan sendiri. Iya kan Farhan?” Ibu Farhan yang sejak tadi sudah mendengar pembicaraan mereka langsung naik pitam.
            “Zahra mohon bu, restui hubungan Zahra dengan mas Farhan. Zahra sangat menyayangi mas bu” Zahra bersimpuh dihadapan Ibunda Farhan.
            Pertunangan yang telah terjadi minggu lalu itu memang sepenuhnya bukan keinginan keluarga. Dengan alasan beberapa sifat buruk Zahra, Farhan memutuskan untuk lebih memilih calon yang telah disiapkan keluarga. Pilihan yang sangat berat memang, dimana cinta dan kepatuhan menjadi taruhannya. Saat istana yang sudah Farhan bangun bersama Zahra dalam bingkai pacaran 5 tahun lamanya harus rela runtuh demi dibangunnya istana pernikahan yang lebih megah lagi. Namun apa artinya istana megah jika tak ada kebahagiaan disana? Jika cinta lebih sering hadir kepada istana mungil?. Farhan kalut, ia bimbang harus mempertahankan yang mana. Namun keputusan keluarga menjadi hal nomor satu yang harus Farhan patuhi. Itulah prinsipnya. Meski harus menanggung luka meninggalkan orang yang dia sayang, ia terima begitu saja pertunangan itu.
            Waktu yang bergulir ternyata tak mampu membalut luka dihati Zahra. Luka itu terlalu dalam mengakar, infeksinya menggerogoti seluruh jiwa bahkan badannya. Tubuh mungil yang dulu terlihat sanagt mempesona, sekarang menjadi kurus tak terawatt, mukanya kusut, matanya bengkak, ia tak mau makan, tak mau minum, tidurpun enggan. Seluruh waktunya ia habiskan untuk menangis meratapi kepergian Farhan.
            Sementara Farhan terlihat begitu sangat tegar. Ia menjalani hari-hari baru dengan tunangannya. Entah sudah mulai memudar kemana cinta yang dulu ia agung-agungkan bersama Zahra.
            Hingga suatu hari , kegilaan Zahra muncul lagi. Ia kembali mendatangi rumah Farhan. Kali ini ia enggan bergeming. Ia hanya meluapkan seluruh perasaannya lewat goresan tinta pada tumpukan kertas putih.
            Teruntuk mas Farhan tersayang
Entah sudah keberapa kali diri ini menjadi pengemis cintamu mas, mungkin semua orang menganggapku wanita bodoh bahkan tak punya malu. Berkali-kali datang bersimpuh mengemis cinta lelaki. Namun aku sudah tak peduli mas, cinta yang daridulu aku bangun bersamamu enggan runtuh dari hatiku meski sudah berkali-kali kau palu. Aku hanya mohon kepadamu mas, tengoklah kembali kisah kita, ingatlah kembali janji-janjimu kepadaku, janji terbesarmu untuk menikahiku, kemanakah gerangan sekarang semua itu?
Apalagi yang dapat aku lakukan sekarang selain berpasrah kepada sang pemberi cinta. Apalagi yang mampu aku tatap selain menatap menyaksikan kebahagiaanmu menggandeng wanita lain dipelaminan yang dahulu sering kita idam-idamkan. Apalagi yang mampu aku usahakan selain membiarkan pintu hati ini terbuka hingga nanti kau kembali padaku, entah di dunia atau di akhirat kelak.
Sekarang, ijinkan aku merasakan hangatnya dekapmu walau sedetik. Lalu biarkan aku pergi. Biarkan aku menikmati kebahagiaan dengan caraku sendiri. Jaga dia seperti engkau menjagaku dulu, atau bahkan lebih. Aku tunggu kamu disurga mas, Zahra selalu sayang mas Farhan.
                                                                                                            Adinda yang terbuang

                                                                                                                        Zahra
Tak terasa, menetes juga air mata Farhan membasahi kertas itu. Zahrapun hanya diam membisu menikmati setiap tangisannya. Farhan merangkul Zahra, ia tak kuasa melihat Zahra dalam keadaan begitu.
            “maafkan mas dek, mas ndak bisa, maafkan mas” hanya kata-kata itu yang mampu Farhan katakana hingga berulang-ulang. Tangisnya meledak. Mereka sama-sama terbius dalam tangis. Menikmati moment yang sudah lama tak pernah mereka lalui bersama.
            “biarkan adek pergi mas, biarkan adek menghilang dari kehidupan mas. Adek pastikan adek akan baik-baik saja”
            “ mas antar adek pulang yaa,?”
            “tidak usah mas, adek akan pastikan adek baik-baik saja”
            “adek yakin?, jangan bikin mas khawatir” Farhan cemas.

***
(bersambung)
             

Minggu, 24 Agustus 2014

Entahlah. . .

entah harus kutumpahkan kepada siapa lagi luka yang terlalu dalam menusuk
aku sudah malu kepada Tuhan
setiap malam membasahi sajadah dengan tangis keluhan
mungkin aku yang begitu lemah, mungkin aku yang begitu lelah

entahlah...
aku seperti terbelenggu kebosanan hidup
terjerat dalam kefanaan dunia
inginku akhiri saja panggung sandiwara ini

entahlah...
entah ...

Antara Cinta dan Jarak



Cinta yang hadir tanpa permisi, seringkali malah bertahan lama. Saat kita sama-sama tak mengerti sebab alasan apa kita mencintai, terkadang itulah awal kesetiaan cinta.
Cinta bukan masalah waktu, bukan masalah seberapa lama kita mengenal ataupun seberapa menarik ia untuk dikenal. Namun, cinta adalah kenyamanan. Bagaimana kita merasa ingin selalu berlindung di dada bidangnya, bagaimana kita ingin slalu bersandar di pundaknya, bagaimana kita ingin selalu meletakkan tangan kita ditangannya.
Cinta itu adalah aku dan kamu. Dimana jiwa ini saling bertaut, menyimpul tali kasih pada kedalaman hati. Sepanjang waktu menghimpun kekuatan cinta pada genggaman yang penuh asa. Berjalan beriringan menikmati anugerah Tuhan. Saling melengkapi, memahami, dan mengerti.
Cinta itu adalah kita. Yaa..kita. Kita yang saling menyapa dalam doa. Memeluk dalam mimpi. Kita yang pernah letih membunuh waktu lewat sapaan angin ataupun kemerlap bintang disertai rembulan. Kita yang sering membasahi pipi dengan air mata kerinduan dalam kejauhan.
Tak sepantasnya kita slalu mengutuk waktu. Memaki jarak yang seakan tak pernah berpihak. Karena kita belum mengerti apa kehendak sang Maha Cinta. Saat cinta hadir dalam sela-sela jarak berjauhan, apakah itu salah? Salahkah Tuhan juga menganugrahkan cinta kepada mereka yang terpisah jarak dan waktu? Bukankah cinta milik semua insan?
Jarak dan waktu bak bumbu yang menguji kesetiaan cinta. Atau bahkan jarak menjadi seni tersendiri yang memberikan ukiran keindahan dalam perjalanan cinta seseorang. Maka, hargailah.

???



Kepada angin yang tak pernah berhenti berdesir,
Kutitipkan sebingkai kasih pada dia disana
Kepada ombak yang tak berhenti menyapu,
Kupasrahkan segenap rasa pada insan disana
                Kepadamu yang kedatangannya tak pernah aku duga
                Datang mengiringi waktu yang tiada ujung
                Memenuhi tiap ruang dalam logikaku
                Merajuk dan membujuk menggetarkan dawai rasa dihati
Engkau siapa?
Kenapa datang kepadaku?
Maumu apa?
Kenapa kau tawan aku dalam tatapan sayumu?

Kamis, 21 Agustus 2014

Cukuplah Engkau ALLAH



Kehidupan yang kita jalani memang tak selalu selaras dengan apa yang kita rencanakan. Terlalu sering masalah datang silih berganti menguji kekuatan iman. Mungkin, bagi mereka yang tak ada iman dihatinya, bunuh diri menjadi jalan terbaik untuk mengakhiri perihnya luka kehidupan yang terlanjur menganga. 
Tak banyak yang dapat kita upayakan dalam menghadapi setiap masalah, namun berbuat bijak kepada setiap masalah dapat menjadi pilihan. Saat setiap ujian yang datang dan pergi tanpa permisi, kau masih punya Tuhan yang bisa kau tangguhkan. KeesaanNYA jangan pernah kau ragukan. Tuhan selalu punya cara terbaik untuk memenangkan hambaNYA yang bertaqwa. Cukuplah ALLAH menjadi pelita dalam setiap gelapnya masalahmu.

Obat sakit Hati

Ketika masalah hanya dapat melumpuhkan semangat, apa artinya?
bukankah masalah yang ALLAH berikan kepada kita mempunyai hikmah yang dapat kita ambil?
saat hati dan pikiran tlah terkalahkan oleh masalah yang seakan tak ada jalan keluarnya, apalagi yang bisa kau upayakan?
akankah kau hanya pasrah dengan keadaan?
akankah kau hanya berpangku menangis meratapi kekalahan?

salah jika kau pikir kau adalah satu-satunya orang yang punya masalah di dunia ini. salah jika kau protes kepada Tuhan atas masalah yang menimpamu.
semua orang punya masalah. hanya saja, semua orang juga berbeda cara menyikapinya.
ada yang berlarut meratapi, namun ada juga yang tetap menjulang senyum tiada henti. hingga mereka terlihat seperti tak punya masalah.

bersyukurlah jika kau mampu menjadi orang kuat. bersyukurlah saat kau mampu mengukir senyum ditengah lingkaran masalah. Senyum dan semangat yang kau tunjukkan itulah penguatmu yang sebenarnya.

sikapi setiap masalah dengan bijak. ingatlah bahwa Tuhan tak akan memberika ujian diluar batas kemampuan HambaNYA.
cukup adukan masalahmu pada Tuhan. cukup luapkan tangismu di atas sajadah pada setiap sujud panjangmu.
tetaplah tersenyum dihadapan teman-temanmu. karena bisa jadi, tangismu dihadapan mereka hanya akan memberatkan mereka. tidakkah kau tau bahwa mereka juga punya masalah, yang bahkan mungkin lebih besar darimu.

#Me

Tak Adil



Tak adil rasanya saat hati harus terluka menanggung kesalahpahaman yang tak pernah berujung. Saat ego menjelma menjadi raja yang tak bisa dibantah, tak ada lagi yang dapat mendamaikan.
Cinta adalah masalah penerimaan. Bagaimana hati bisa selapang mungkin memaafkan, bagaimana rindu bisa tercipta layaknya detik yang tak pernah ingkar kepada waktu. Cinta harus mampu bertarung dengan ego. Keegoisan yang selalu menjelma manis di awal, toh akhirnya juga akan menghasilkan sebuah penyesalan panjang yang tak berujung saat cinta itu perlahan mulai samar terkikis ego.
Aku bukanlah malaikat yang memiliki kesucian hati seputih kapas. Aku hanyalah insan yang mencoba mencuci hati agar senantiasa terjaga. Namun apa daya saat tipuan dunia mampir bertahta? Apakah semua ini adalah dosa saat aku menjadi korban tipu daya dunia? Aku tak mau dan tak pernah mau menyulut api kecemburuan dimatamu. Aku selalu berusaha memposisikan diriku layaknya permaisurimu yang selalu taat padamu. Namun aku tak terlahir dari keturunan keraton yang hidup dalam pingitan. Aku punya teman yang kukenal jauh sebelum aku mengenalmu. Namun jangan pula kau anggap aku sebagai perempuan yang tak punya malu dan tak tau cara memposisikan diri, jauh sebelum aku mengenalmu, keluargaku selalu menanamkan batasan-batasanku dalam bergaul.
Sekali lagi aku katakan, aku tau cara memposisikan diriku sebagai pasanganmu dan sebagai teman mereka. Lalu mengapa hingga detik inipun kau menganggapku seperti itu? Seolah melaknat sikapku dan menganggapku seperti apa yang ada dalam fikiranmu. Sekali lagi, tolong jangan sejajarkan aku dengan perempuan-perempuan yang pernah kau kenal.
Namun apalagi yang mampu aku jelaskan. Ahh memang tak mudah menjelaskan suatu alasan kepada orang ego sepertimu. Seakan semua menjadi salah tanggap. Tak ada benarnya. Aku hanya bisa pasrah dan menunggu sampai kau berhenti berfikir yang negatif tentangku.
Aku mencintaimu. Aku tau cara memposisikan diriku. Tak cukupkah waktu-waktu yang tlah kita lalui bersama untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu? Tak cukupkah pengorbanan ini menjadi penguji kesetiaanku? Aku tak menyalahkan egomu, itulah sifatmu. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri, yang terkadang selalu kehabisan cara untuk meyakinkanmu bahwa sesungguhnya, Aku mencintaimu. Yaa. Aku mencintaimu.