Tak
adil rasanya saat hati harus terluka menanggung kesalahpahaman yang tak pernah
berujung. Saat ego menjelma menjadi raja yang tak bisa dibantah, tak ada lagi
yang dapat mendamaikan.
Cinta
adalah masalah penerimaan. Bagaimana hati bisa selapang mungkin memaafkan,
bagaimana rindu bisa tercipta layaknya detik yang tak pernah ingkar kepada
waktu. Cinta harus mampu bertarung dengan ego. Keegoisan yang selalu menjelma
manis di awal, toh akhirnya juga akan menghasilkan sebuah penyesalan panjang
yang tak berujung saat cinta itu perlahan mulai samar terkikis ego.
Aku
bukanlah malaikat yang memiliki kesucian hati seputih kapas. Aku hanyalah insan
yang mencoba mencuci hati agar senantiasa terjaga. Namun apa daya saat tipuan
dunia mampir bertahta? Apakah semua ini adalah dosa saat aku menjadi korban
tipu daya dunia? Aku tak mau dan tak pernah mau menyulut api kecemburuan
dimatamu. Aku selalu berusaha memposisikan diriku layaknya permaisurimu yang
selalu taat padamu. Namun aku tak terlahir dari keturunan keraton yang hidup
dalam pingitan. Aku punya teman yang kukenal jauh sebelum aku mengenalmu. Namun
jangan pula kau anggap aku sebagai perempuan yang tak punya malu dan tak tau
cara memposisikan diri, jauh sebelum aku mengenalmu, keluargaku selalu
menanamkan batasan-batasanku dalam bergaul.
Sekali
lagi aku katakan, aku tau cara memposisikan diriku sebagai pasanganmu dan
sebagai teman mereka. Lalu mengapa hingga detik inipun kau menganggapku seperti
itu? Seolah melaknat sikapku dan menganggapku seperti apa yang ada dalam fikiranmu.
Sekali lagi, tolong jangan sejajarkan aku dengan perempuan-perempuan yang
pernah kau kenal.
Namun
apalagi yang mampu aku jelaskan. Ahh memang tak mudah menjelaskan suatu alasan
kepada orang ego sepertimu. Seakan semua menjadi salah tanggap. Tak ada
benarnya. Aku hanya bisa pasrah dan menunggu sampai kau berhenti berfikir yang
negatif tentangku.
Aku
mencintaimu. Aku tau cara memposisikan diriku. Tak cukupkah waktu-waktu yang
tlah kita lalui bersama untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu? Tak cukupkah
pengorbanan ini menjadi penguji kesetiaanku? Aku tak menyalahkan egomu, itulah
sifatmu. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri, yang terkadang selalu kehabisan
cara untuk meyakinkanmu bahwa sesungguhnya, Aku mencintaimu. Yaa. Aku
mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar