Cinta yang hadir tanpa permisi, seringkali malah bertahan
lama. Saat kita sama-sama tak mengerti sebab alasan apa kita mencintai,
terkadang itulah awal kesetiaan cinta.
Cinta bukan masalah waktu, bukan masalah seberapa lama kita
mengenal ataupun seberapa menarik ia untuk dikenal. Namun, cinta adalah
kenyamanan. Bagaimana kita merasa ingin selalu berlindung di dada bidangnya,
bagaimana kita ingin slalu bersandar di pundaknya, bagaimana kita ingin selalu
meletakkan tangan kita ditangannya.
Cinta itu adalah aku dan kamu. Dimana jiwa ini saling
bertaut, menyimpul tali kasih pada kedalaman hati. Sepanjang waktu menghimpun
kekuatan cinta pada genggaman yang penuh asa. Berjalan beriringan menikmati
anugerah Tuhan. Saling melengkapi, memahami, dan mengerti.
Cinta itu adalah kita. Yaa..kita. Kita yang saling menyapa
dalam doa. Memeluk dalam mimpi. Kita yang pernah letih membunuh waktu lewat
sapaan angin ataupun kemerlap bintang disertai rembulan. Kita yang sering
membasahi pipi dengan air mata kerinduan dalam kejauhan.
Tak sepantasnya kita slalu mengutuk waktu. Memaki jarak yang
seakan tak pernah berpihak. Karena kita belum mengerti apa kehendak sang Maha
Cinta. Saat cinta hadir dalam sela-sela jarak berjauhan, apakah itu salah?
Salahkah Tuhan juga menganugrahkan cinta kepada mereka yang terpisah jarak dan
waktu? Bukankah cinta milik semua insan?
Jarak dan waktu bak bumbu yang menguji kesetiaan cinta. Atau
bahkan jarak menjadi seni tersendiri yang memberikan ukiran keindahan dalam
perjalanan cinta seseorang. Maka, hargailah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar