Selasa, 26 Agustus 2014

Kasih Terenggut



Zahra bergegas dari tempat tidurnya. Ia menyusuri jalan setapak dari rumah mungil yang ia tempati. Pikirannya kacau balau tak karuan. Memang semenjak kepergian Farhan tak tak tentu hulu hilir alasannya itu, Zahra hanya menghabiskan waktunya dikamar tidur. Membiarkan sungai-sungai kecil terus mengalir deras dari sudut mata sayunya. Sore itu ia nekat menemui Farhan dirumahnya.
            “Assalamualaikum” Zahra mengucap salam didepan pintu rumah Farhan
            “Waalaikumsalam” jawab Farhan kaget. Ia tak menyangka Zahra nekat menemuinya.
Pengakuan Farhan beberapa minggu lalu bahwa dirinya ditunangkan secara paksa oleh orang tuanya menjadi Zahra. Ia sangat tak percaya bahwa hal itu bisa terjadi, sebab selama ini ia yakin betul bahwa Farhan adalah lelaki setia dan akan menjadi imamnya nanti.
            “kan mas sudah bilang, adek jangan kesini, masalahnya akan tambah runyam” ucap Farhan.
            “adek ndak bisa mas, adek Cuma sayang sama mas, adek ndak bisa ditinggal mas, adek kesini untuk meyakinkan hati orang tua mas bahwa adek sayang sama mas, sehingga pertunangan itu dapat dibatalkan” ucap Zahra disertai isak tangis yang tiada henti.
            “Ibu tidak bisa membatalkan pertunangan yang sudah dilangsungkan minggu lalu itu. Ini sudah menjadi keputusan keluarga maupun Farhan sendiri. Iya kan Farhan?” Ibu Farhan yang sejak tadi sudah mendengar pembicaraan mereka langsung naik pitam.
            “Zahra mohon bu, restui hubungan Zahra dengan mas Farhan. Zahra sangat menyayangi mas bu” Zahra bersimpuh dihadapan Ibunda Farhan.
            Pertunangan yang telah terjadi minggu lalu itu memang sepenuhnya bukan keinginan keluarga. Dengan alasan beberapa sifat buruk Zahra, Farhan memutuskan untuk lebih memilih calon yang telah disiapkan keluarga. Pilihan yang sangat berat memang, dimana cinta dan kepatuhan menjadi taruhannya. Saat istana yang sudah Farhan bangun bersama Zahra dalam bingkai pacaran 5 tahun lamanya harus rela runtuh demi dibangunnya istana pernikahan yang lebih megah lagi. Namun apa artinya istana megah jika tak ada kebahagiaan disana? Jika cinta lebih sering hadir kepada istana mungil?. Farhan kalut, ia bimbang harus mempertahankan yang mana. Namun keputusan keluarga menjadi hal nomor satu yang harus Farhan patuhi. Itulah prinsipnya. Meski harus menanggung luka meninggalkan orang yang dia sayang, ia terima begitu saja pertunangan itu.
            Waktu yang bergulir ternyata tak mampu membalut luka dihati Zahra. Luka itu terlalu dalam mengakar, infeksinya menggerogoti seluruh jiwa bahkan badannya. Tubuh mungil yang dulu terlihat sanagt mempesona, sekarang menjadi kurus tak terawatt, mukanya kusut, matanya bengkak, ia tak mau makan, tak mau minum, tidurpun enggan. Seluruh waktunya ia habiskan untuk menangis meratapi kepergian Farhan.
            Sementara Farhan terlihat begitu sangat tegar. Ia menjalani hari-hari baru dengan tunangannya. Entah sudah mulai memudar kemana cinta yang dulu ia agung-agungkan bersama Zahra.
            Hingga suatu hari , kegilaan Zahra muncul lagi. Ia kembali mendatangi rumah Farhan. Kali ini ia enggan bergeming. Ia hanya meluapkan seluruh perasaannya lewat goresan tinta pada tumpukan kertas putih.
            Teruntuk mas Farhan tersayang
Entah sudah keberapa kali diri ini menjadi pengemis cintamu mas, mungkin semua orang menganggapku wanita bodoh bahkan tak punya malu. Berkali-kali datang bersimpuh mengemis cinta lelaki. Namun aku sudah tak peduli mas, cinta yang daridulu aku bangun bersamamu enggan runtuh dari hatiku meski sudah berkali-kali kau palu. Aku hanya mohon kepadamu mas, tengoklah kembali kisah kita, ingatlah kembali janji-janjimu kepadaku, janji terbesarmu untuk menikahiku, kemanakah gerangan sekarang semua itu?
Apalagi yang dapat aku lakukan sekarang selain berpasrah kepada sang pemberi cinta. Apalagi yang mampu aku tatap selain menatap menyaksikan kebahagiaanmu menggandeng wanita lain dipelaminan yang dahulu sering kita idam-idamkan. Apalagi yang mampu aku usahakan selain membiarkan pintu hati ini terbuka hingga nanti kau kembali padaku, entah di dunia atau di akhirat kelak.
Sekarang, ijinkan aku merasakan hangatnya dekapmu walau sedetik. Lalu biarkan aku pergi. Biarkan aku menikmati kebahagiaan dengan caraku sendiri. Jaga dia seperti engkau menjagaku dulu, atau bahkan lebih. Aku tunggu kamu disurga mas, Zahra selalu sayang mas Farhan.
                                                                                                            Adinda yang terbuang

                                                                                                                        Zahra
Tak terasa, menetes juga air mata Farhan membasahi kertas itu. Zahrapun hanya diam membisu menikmati setiap tangisannya. Farhan merangkul Zahra, ia tak kuasa melihat Zahra dalam keadaan begitu.
            “maafkan mas dek, mas ndak bisa, maafkan mas” hanya kata-kata itu yang mampu Farhan katakana hingga berulang-ulang. Tangisnya meledak. Mereka sama-sama terbius dalam tangis. Menikmati moment yang sudah lama tak pernah mereka lalui bersama.
            “biarkan adek pergi mas, biarkan adek menghilang dari kehidupan mas. Adek pastikan adek akan baik-baik saja”
            “ mas antar adek pulang yaa,?”
            “tidak usah mas, adek akan pastikan adek baik-baik saja”
            “adek yakin?, jangan bikin mas khawatir” Farhan cemas.

***
(bersambung)
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar