Minggu, 01 Maret 2015

Jika Belum Tahu Rasanya Menjadi Bermanfaat, Anda Harus Mencobanya !

Pernah tau rasanya menjadi bermanfaat bagi orang lain? Jika belum, anda harus mencobanya !
Menjadi bermanfaat bagi orang lain tak perlu dengan hal-hal yang besar, cukup melakukan hal kecil yang kadang tak sempat terfikirkan oleh orang banyak. Example nih, kamu nyamperin orang yang sedang clingak clinguk kebingungan. Hal yang mungkin tak sempat dilakukan oleh kebanyakan orang di dunia yang semakin padat acara seperti sekarang ini.
Kamu tak akan pernah tau, betapa besyukurnya orang yang kamu tolong itu. Kamu juga tak akan tau bahwa terkadang mereka memberikan doa yang lebih atas pertolonganmu itu.
Banyak hal sederhana yang dapat kamu lakukan untuk membuat orang disekitarmu tersenyum, namun terkadang kamu terlalu sibuk sama duniamu sendiri. Apalagi dengan gadget yang selalu kamu bawa kesana kemari. Kamu seperti sudah tak punya waktu untuk sekedar melirik dan melempar senyum pada orang-orang disekitarmu. Kamu asyik dengan dunia gadget yang menurutmu telah menyuguhkan segala hal yang kamu butuhkan.
Pernah tidak kamu berfikir, bahwa fungsi gadget  sudah mulai berubah. Zamanku SD nih, gadget adalah alat yang berguna untuk mendekatkan yang jauh. Gini nih,





Namun yang terjadi sekarang malah kebalikannya, alat canggih yang lebih dikenal dengan gadget itu sudah beralih fungsi menjadi hal yang amat tragis, yaitu menjauhkan yang dekat, begini misalnya,


 
Padahal, hidup tak sesimple aplikasi yang disuguhkan gadgetmu itu. Kamu hidup dalam kesenangan yang fana. Teman-teman yang fana. Mereka aktif mengomentari tiap status dan fotomu, menyampaikan selamat saat kamu membagikan foto-foto bahagiamu, memberikan emoticon  sedih saat kamu mengupload foto sedih. Tapi sekali lagi ingat, mereka semua tak akan ada di dunia nyatamu, disampingmu.



Tapi cobalah tengok mereka yang sejak tadi berada disampingmu, menunggu sepatah kata yang tak kunjung kau lontarkan hanya karena kesibukanmu melayani teman-teman fanamu. Kamu tahu tidak, ketika sesuatu terjadi padamu, temen yang sejak tadi disampingmu itulah yang akan menolongmu. Merelakan bahunya untuk kau sandari saat kau lelah. Mengulurkan tangannya, mengucap selamat yang terkadang dibarengi pelukan hangat saat kau mendapatkan sesuatu.
Finally,  yuk kita belajar menjadi bermanfaat bagi orang lain. Orang-orang disampingmu, berikan mereka senyuman, sediakan bahumu untuk tempat keluhan, mereka lebih membutuhkanmu. Doa mereka lebih berharga buat kamu.

Muslimatin | 010315

Jumat, 27 Februari 2015

Akademik atau Organisasi?

Inilah bentuk kegalauan yang dihadapi oleh mahasiswa baru setelah OSPEK dan serangkaian orientasi jurusan dilakukan. Semua mahasiswa pasti mengalami masa-masa galau memilih keduanya. Saat harus berjuang menetukan mana yang harus dipilih, disitulah kita harus bijak dan aktif bertanya kepada yang telah lebih dulu berpengalaman merasakan hal demikian.
Sedikit cerita nih Guys , sebagai mahasiswi FMIPA Biologi nih yang akan sibuk dengan serangkaian acara praktikum dan ini itunya, awalnya sudah kuniatkan diri untuk tidak mengikuti kegiatan apapun,
harus fokus agar cepat lulus. Namun setelah satu bulan duduk dibangku FMIPA Biologi, niat itu sirna seketika. Hal tersebut bermula dari salah satu materi pada orientasi kampus, yaitu materi keorganisasian. Masih ingat betul ketika si pemateri berkata jangan jadi katak dalam tempurung, yang ilmunya hanya itu-itu saja, diluar tempurung itu, banyak ilmu dan pengalaman yang lebih bermakna. Semangatku terpacu sejak itu. Organisasi pertama yang aku ikuti dikampus yaitu jurnalistik. Dari situlah aku mengenal banyak orang dan mulai belajar organisasi. Oh iya lupa, selain dikampus aku juga mengikuti salah satu organisasi islam yang terbilang besar yaitu PMII.
Tak mudah bagiku menjalani ini semua. Awalnya aku mendapat teguran keras dari teman-temanku sendiri, mereka mulai risih dengan aktivitasku yang kata mereka sok sibuk hingga tak ada waktu untuk berkumpul. aku mulai disibukkan dengan rapat-rapat acara dll. Aku mulai enjoy dengan organisasi namun kuliahku tetap terkendali dengan baik.
Setahun berada dalam organisasi jurnalistik, aku mulai resign dengan alasan kesibukan kuliah yang mulai tak terjadwal. Aku mulai kelimpungan membagi waktu antara kuliah dan menulis. Berhenti di organisasi jurnalistik tak juga membuatku jera, aku malah mencoba hal baru dengan menjadi anggota magang di himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) Biologiku tercinta. Singkat cerita, akupun menjadi pengurus di HMJ hingga sekarang.
Intinya ya Guys, salah besar jika kalian berfikir bahwa kuliah yang baik itu adalah mereka yang bertipe Study Oriented. Tanpa mengurangi rasa hornmatku pada mereka yang mempunyai prinsip seperti itu,menurutku balancing antara organisasi dan akademik harus ada. Mengapa? Yuk simak :)

Meski organisasi dan akademik dalah dua sisi yang berbeda, namun ternyata keduanya saling melengkapi. Hanya saja, bagaimana cara kita untuk tetap menjaga kestabilan antara keduanya, nah disinilah peran manajemen waktu. Contoh : Dapat tugas seminggu sebelum deadline pengumpulan, sehari sebelum pengumpulan tugas, ada agenda rapat. Karena tugas belum selesai dan harus rapat, maka asumsi mereka adalah mereka tidak punya waktu untuk mengerjakan tugas karena rapat, padahal sebelum ada agendtidak dikerjakan a rapat, dia masih punya waktu 6 hari untuk mengerjakan tugas. Kenapa tidak dikerjakan Guys? *kompak jawab "Maaallesssss" . Nah, sapa yang salah Guys? -_-

Dalam Organisasi, kalian juga akan menemukan banyak hal dan pengalaman baru. Orang-orang baru juga tentunya. Nah, itulah nilai plus kalian ketika nanti sudah terjun kedunia kerja, kalian punya banyak relasi yang artinya kalian akan lebih punya banyak lowongan kerja dari relasi-relasi kalian. Pengalaman dan hal-hal baru yang kau temui saat berorganisasi juga akan menjadi bahan pertimbangan sendiri bagi si bos saat kalian wawancara.





"IPK lu berapa?" | "yah lumayanlah" | "duh, makanya jangan organisasi teruslah". Itu tuh  yang sudah nggak asing ditelinga anak organisasi. Naif jika kuliah hanya dihabiskan untuk memuja angka-angka IPK, namun munafik juga jika kuliah tidak menginginkan IPK yang bagus. alhasil, kembali pada kataku sebelumnya, antara akademik dan organisasi itu harus seimbang. Sudah banyak kok buktinya bahwa anak organisasi justru mempunyai prestasi yang terbilang bagus dikampusnya. Seperti aku misalnya *ciiiieee, menghibur diri*
 -_-




Toh pada akhirnya tujuan kita sama. Baik kalian yang Study Oriented ataupun mereka yang organisatoris, ataupun juga aku yang mencoba menyeimbangkan keduanya *ciiiee, promosi* -_-, kita sama-sama punya tujuan yang satu, yaitu dapat memakai toga dan mempersembahkan selembar kertas bertuliskan nama kita lengkap dengan "title"nya beserta kata LULUS yang dicetak tebal dan besar. Hanya saja jalan kita yang berbeda. Aku hanya ingin mempersiapkan dunia luarku nanti dengan belajar bermasyarakat lewat organisasi ini. Semoga kamu juga demikian yaa :)). Semangat semuanya :))



Selasa, 24 Februari 2015

Bisa karena Terbiasa

Tak ada seorangpun yang tidak dapat menjadi penulis. Setiap orang telah diberi bekal menulis bahkan sejak duduk di taman kanak-kanak. Namun pada kenyataannya, apalagi dijaman yang sudah canggih seperti sekarang, banyak orang hanya mengandalkan 'kamera' yang mereka punya untuk merangkum atau mendapatkan info tentang sesuatu. Alhasil, kegiatan menulispun perlahan mulai ditinggalkan.
Namun bagi kalian yang memang telah mempunyai hobi atau bakat menulis, jangan merasa terinterfensi oleh zaman yang telah berubah ini. Kenapa harus berhenti menulis? Karena zaman sudah berubah? Takut dikira kurang canggih? Ahh.. Sudahlah. Buang saja anggapan seperti itu. Toh kegiatan menulis kalian selama masih beretika tak akan merugikan pihak manapun kan?
Sekedar share pengalaman, saya mulai suka menulis sejak kehilangan sosok 'Ayah' yang sangat luar biasa. Ketika harus berjuang melawan masa-masa sulit ditinggal seorang ayah di umur yang masih sangat kecil, disitulah saya menuangkan segala kesedihan dan kemarahan saya dalam buku tulis usang yang pada saat itu saya anggap sebagai Diary. Di artikel sebelumnya sempat saya tuliskan, bahwa saya adalah tipe orang yang hidup dalam motivasi orang lain. Bagi saya, motivasi positif yang terlontar ke telingan saya mampu memberikan amunisi positif pula untuk kehidupan saya. Nah,  agar motivasi itu tidak hanya diri saya yang merasakannya, disitulah saya tuangkan motivasi-motivasi yang telah saya peroleh dalam sebuah tulisan. Bentuk tulisannya bermacam-macam, berupa artikel, prosa dll. 
Tak perlulah, menunggu menerbitkan novel untuk menjadi seorang penulis. Bisa membuat novel itu bukan semata-mata langkah yang komplit. Mulailah dari hal sekecil apapun, biasakan menulis apapun yang kamu lihat, kamu dengar, dan kamu rasakan.



Gambar tersebut merupakan salah satu contoh kontribusi saya dalam dunia kepenulisan. Ditengah aktivitas saya sebagai mahasiswa MIPA Biologi yang setiap harinya harus berurusan dengan praktikum yang berjam-jam lamanya, saya rasa kegiatan menulis yang digagas oleh penulis-penulis handal dimedia sosial cukup menjadi wadah untuk menuangkan segala hal yang tidak sempat kita tulis pada waktu tertentu. Yah,  dibuat santai saja, sambil stalking FB si doi, sambil buka fanspage atau web penulis yang menyelenggarakan event-event kepenulisan. Dengan begitu, hobi kita tetap tersalurkan, dan aktivitas kita tidak terganggu.




Apa yang saya unggah ini juga merupakan contoh tulisan mini saya dalam beberapa event yang diselenggarakan oleh salah satu teman di facebook https://www.facebook.com/suligi?fref=ts



Dan akhirnya, meski hanya sebagai kontributor dalam event BOOK UR TWEET yang diselenggarakan oleh http://www.anisae.com/, piagam itu adalah salah satu bukti bahwa menulis tak perlu menunggu menerbitkan novel. Piagam itu juga yang memotivasi saya untuk terus menulis meski belum sampai pada tingkatan novel. Okay Ladies and Gentleman ,  this is your time. Show your creativity :)

Jumat, 20 Februari 2015

Kumpulan artikel Keren Sumber Inspirasi

Setiap orang mempunyai sumber inspirasi yang berbeda. Sebagian dari mereka ada yang mendapat inspirasi dari dirinya sendiri, orang lain maupun dari tulisan. Iya, cukup dari tulisan. Like me. Aku menyukai segala artikel yang berbau motivasi ataupun yang sedang sesuai kondisi hati. In my opinion, tulisan orang yang menginspirasi cukup mampu menghidupkan kembali semangat yang sempat redup. Nah, bagi kalian yang juga sama sepertiku nih, aku punya web yang artikel-artikelnya tak boleh kamu lewatkan. Di web ini isinya komplit, mulai dari inspirasi yang bikin nangis sampe ngakakpun tersedia. Semoga menginspirasi yaa :) http://www.hipwee.com/

Pasir Putih Beach





Pasir Putih adalah salah satu pantai yang terpajang disepanjang jalan pantura Situbondo. Keindahan Pantai Pasir Putih sudah mulai punah akibat pola hidup para wisatawan maupun kondisi alam. Nama Pasir Putih bisa dibilang sudah tidak lagi cocok, pasirnya sudah lagi putih akibat tertutup sampah yang mayoritas dihasilkan oleh para wisatawan yang berkunjung.
Para wisatawan yang hadir kebanyakan adalah dari para pengguna lajur pantura yang ingin beristirahat  tanpa harus masuk ke hotel ataupun resto, cukup dengan menikmtai keindahan pantai. Cek info dan something interest lainnya di web ini http://pasirputihsitubondo.com/

Rabu, 18 Februari 2015

Kegelisahan Tengah Malam

kubalikkan badan kekanan dan kiri dikasur reyotku, berharap menemukan posisi tidur yang nyaman hingga ku terlelap. Tapi tak bisa. Entah kenapa, padahal jam weker kesayanganku sudah menunjukkan lewat tengah malam.

Entahlah, tak bisa mengelak, bahwa apa yang dirasakan oleh hati tak mampu dikalahkan oleh apapun. Hatiku yang menolak, hatiku yang melawan mata tuk tidak terpejam. Oh Tuhan. Aku terjebak dalam gelisah.

Semenjak kejadian itu, tak banyak yang kupinta. Aku tau semua tak dapat dipaksakan. Aku mengerti semua adalah jalan Tuhan. Tapi, masih bolehkah aku mendengar sebuah alasan? serta izinkan aku mengecap manisnya sebuah status kejelasan.

Selasa, 17 Februari 2015

Karena Berbeda Tak Selamanya Harus Dibedakan



Aku bersyukur terlahir berbeda dari orang lain, karena dari sanalah aku belajar arti sebutir kesamaan dalam perbedaan. Aku tak pernah menuntut Allah karena diriku yang ditakdirkan begini, karena dari situlah aku tau Allah memberikanku bekal yang lebih untuk aku dapat beradaptasi.
Aku juga bersyukur dulu menolak untuk dioperasi, aku lebih mensyukuri kecacatanku. Hidupku yang berbeda, membuatku merasakan hal yang lebih berwarna. Aku pernah tau rasanya dipuji, tapi aku lebih paham rasanya dicela. Hidupku pahit, hari-hariku hanya penuh dengan senyum palsu.
Aku bertekad mengumpulkan puing-puing semangat yang masih tersisa disudut mata. Puing-puing semangat yang tak jatuh bersama tetesan hangat disudut mataku itulah yang menjadi tumpuan harapanku. Aku selalu percaya janji Allah bahwa Dia tidak akan menguji hambaNya diluar batas kemampuannya.
Kemapuanku bertahan dalam kehidupan yang begini juga tak luput dari dukungan perempuan terhebat di dunia yaitu Ibuku. Rasa malu yang sudah beliau buang jauh-jauh sejak pertama melihatku begini. Perjuangannya yang begitu besar melindungiku dari celaan orang. Doa yang begitu istimewa disetiap sujud panjangnnya. Sungguh perjuangan yang takkan pernah dapat kubayar.
Aku bukanlah sosok yang pemalu. Malah bisa dibilang aku tak tau malu. Yaa.. tak tau malu. Aku selalu berhasil membangun rasa percaya diriku ketika aku berada diantara mereka. Aku tak pernah minder. Berkat itulah, tak sulit bagiku untuk berdaptasi dan diterima diantara mereka. Tak bermaksud sombong, namun pada kenyataannya, aku bahagia berada diantara mereka, tak jarang aku menjadi sumber inspirasi bagi mereka, tak jarang pula hadirku dirindukan mereka ketika ku tak ada.
Satu hal lagi yang tak pernah kusangka, fisikku yang begini tak menghalangiku dalam urusan asmara. Terima kasih yang tak terkira kepada Allah yang telah menganugerahkan salah satu makhlukNYA untukku. Mahkluk yang nyaris sempurna. Begitu tabahnya menerima kekurangannku, begitu sabar menerima celaan orang karena memilikiku. Begitu tegarnya menjawab keraguan orang tuanya maupun orang tuaku ketika ditanya kesanggupannya memilikiku. Ahh. Kamu terlalu baik. Aku tak tau lagi harus darimana menceritakannya. Terima kasih cinta. Kamu penyempurna hidupku.